SMK N 1 Sedan - SMK Pusat Keunggulan Lihat Video Profil
Toggle Bar

Blog SMKN 1 Sedan

Catatan kegiatan, informasi dan update seputar sekolah

MEMBUDAYAKAN NILAI-NILAI ISLAM MELALUI PENDIDIKAN

Islam dalam arti sebuah aturan syariat adalah pedoman hidup umat manusia yang bersifat makro. Adapun yang spesifik dan lebih detail Islam tentang kepribadian Islami pada umumnya diajarkan dari kisah Nabi Muhammad SAW dan sahabat serta dilanjutkan para ulama secara turun temurun dengan tetap menjaga orisinalitasnya.

Kepribadian Islam tidak bisa direkayasa atau diciptakan secara instan pada sosok seorang muslimpun. Banyak pesohor yang malas mempelajari Islam sejak dini atau belajar tentang Islam secara instan tahu tahu ketika tampil di hadapan publik menjadi sosok yang seolah-olah berkepribadian malahan menjadi kontroversial. Ada yang tidak bisa mengendalikan emosi dengan bermain drama dramaan full ekspresi dengan suara mendayu-dayu mamakai atribut lengkap khas seorang ulama dengan baju putih, ada yang sok sosial mendirikan pondok yatim piatu dan hanya dijadikan dalih melakukan kegiatan asusila berkedok agama, bahkan ada sosok yang narcise bergaya sebagai tokoh agama memberi nasehat keluarga sakinah namun berujung keluarga yang berantakan, mungkin biar dianggap Islami atau agar dianggap ahli agama sebagai ahlinya ahli begitu piawinya menata kata padahal hanya sekedar teori dan wacana dan lain-lain.

Semua kepribadian Islam tidak akan bisa dijiwai dan dijalankan secara maksimal apabila tidak dilatih secara dini dan berkesinambungan secara terus menerus. Jika hanya asal asalan secara instan maka akan menghasilkan kepribadian yang sangat tidak natural.

Islam pada hakikatnya bertujuan mendidik masyarakat berakhlak al karimah, berbudaya serta sopan serta menjunjung tinggi nilai-nilai keragaman. Semua diawali sejak dini ketika anak anak masih duduk di bangku TK dilanjutkan ke jenjang diatasnya dipraktekkan langsung tata cara berkepribadian yang islami, seperti bersikap baik dengan sesama, tertib berlalu lintas, menjaga kebersihan, disiplin, ketertiban dan kejujuran. Kehidupan dengan menjalankan kepribadian yang Islami serta dijalankan oleh semua elemen pendidik dalam lingkungan sekolah baik yang berbasis agama maupun umum akan menjadikan anak didik menjadi manusia yang berkepribadian Isma secara maksimal. Apabila hal ini dijalankan serentak di semua sekolah maka terciptalah tatanan masyarakat yang berkepribadian Islam secara luas.

Salah satu metode pendidikan kepribadian Islam bisa dilakukan melalui simulasi antara lain melaui, tes kejujuran dengan menaruh uang di meja, apakah uangnya masih tetap utuh sampai beberapa lama?. Warung jajanan tanpa penjaga, apakah anak anak akan bayar setelah mengambil makanan dan dengan benar mengambil kembaliannya.? Dan lain-lain. Juga bisa dengan melalui tes ketertiban dan kejujuran tersebut harus terus dilakukan dan dilatih agar bisa menjadi kebiasaan hingga membentuk watak anak hingga dewasa.

Dalam sebuah Internalisasi nilai-nilai Islam ke dalam pribadi seseorang sehingga menjadi budaya dalam sebuah lingkungan masyarakat juga dapat dilakukan beberapa cara. Antara  lain, dilakukan oleh dirinya sendiri (self education). Hal ini bertumpu pada proses natural pada manusia sendiri, karena manusia mempunyai kapasitas natural untuk belajar sendiri. Kedua, melalui orang lain (education by another). Hal ini berproses melalui kerjasama dengan orang lain dalam sebuah kelompok melalui sebua system yang telas disepakati oleh suatu kelompok atau komunitas seperti lembaga-lembaga pendidikan. Dalam proses ini stimulasi dari orang lain diperlukan untuk mendorongnya melakukan kegiatan belajar, dua cara ini dalam dunia pendidikan Islam juga disebut dengan istilah Tarbiyah Dzatiyah atau pembentukan diri sendiri dan pembentukan kolektif.

Pembentukan Kepribadian Muslim merupakan langkah paling awal yang harus dilakukan dalam dalam perbaikan ummat Islam, sebelum melengkah ke tahap selanjutnya. Prayitno (2002) mengatakan bahwa hal utama yang mesti dilakukan oleh umat Islam pada saat ini adalah berupaya semaksimal mungkin kembali kepada ajaran Islam, yang dimulai dari diri sendiri, keluarga dan selanjutnya adalah terbentuknya masyarakat yang islami.

Menjadikan kepribadaian Islami sebagai budaya adalah suatu keniscayaan bagi seorang guru agama yang mengidamkan lahirnya masyarakat ideal baldatun thoyyibatun warobbun ghofur, yaitu dengan secara terus menurus mengintegrasikan segala bentuk pendidikan agama masuk dalam semua unsur-unsur budaya yaitu Sosial, atau pergaulan hidup dengan cara memasukkan prinnsip-prinsip tata cara pergaulan islami antar sesame manusia baik satu keyakinan atau dengan yang beda keyakinan, Ekonomi, yaitu hubungan manusia dengan materi melalui cara pendekatan sikap beragama ketika berurusan dengan materi baik tata kelola tata cara transaksi atau mualaha dengan menggunakan prinsip-prinsip Islam yang tidak bertentangan dengan hukum ekonomi universal, Politik, hubungan manusia dengan kekuasaan untuk mengatur sosial dan ekonomi yaitu dengan menjalankan syariat Islam berupa prinsip-prinsip dsar siyasah liiri’ayah dengan tetap konsisten menjalankan kesepakatan aturan hukum politik yang berlaku, Pengetahuan, hubungan manusia dengan kebenaran; dan teknik yaitu dengan cara bersikap mendasarkan segala sesuatu ilmu pengetahuan adalah dari Allah dan harus semaksimal mungkin dimanfaatkan bagi kemslahatan manusia, hubungan manusia dengan kerja yaitu dengan memasukkan nilai-nilai kejujuran, kerja keras, taat atrusan dan segala sesuatu yang berupa nilai-nilai positif dalam agama Islam yang berkaitan dengan kerja, Seni, hubungan manusia dengan bentuk-bentuk yang menyenangkan yaitu dengan cara mengelola dan menjalankan kesenian untuk hiburan dengan tetap menjalankan prinsip-prinsip syariah, Filsafat, hubungan manusia dengan hakikat kebenaran dan nilai.

Menjadikan kepribadian Islam sebagai budaya membutuhkan kerja keras. Pemahaman keberagamaan ummat Islam yang mengartikan agama diwakilkan pada sosok mempersempit pemahaman agama secara hakiki. Dari sisi ini kita sadar bahwa langkah paling awal dalam usaha menjadikan agama sebagai budaya positif adalah dengan cara mengembalikan makna dan fungsi agama Islam terlebih dahulu.

Wallahu a’lam bisshowab.

 

Oleh

Nanik Fadhilatin, S.Pd.I

Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti